Kinerja pasar Asia melemah sebagai damp dari dinamika ekonomi secara global. Hal tersebut sangat berkaitan dengan kebijakan moneter dari Amerika Serikat. Tidak hanya itu saja, situasi ekonomi di China juga memberikan pengaruh.
Saat ini inflasi tengah menjadi perhatian utama seluruh dunia. Utamanya tindakan The Fed sebagai barometer bagi investor global, tidak terkecuali kawasan Asia.
Pasar Asia Melemah karena Inflasi China yang Melambat
Keputusan menunda pelonggaran kebijakan moneter memberikan dampak besar terhadap arus modal serta nilai tukar. Utamanya dari berbagai negara berkembang di kawasan Asia.
Sementara itu, lemahnya inflasi konsumen di China menjadi petunjuk jika ekonomi terbesar kedua dunia menghadapi pelambatan. Meski begitu, pemerintah China telah melakukan berbagai upaya dalam mendorong laju pertumbuhan.
Data inflasi dari China memberikan gambaran mengenai lemahnya permintaan domestik yang terus berlangsung. Berbagai penurunan harga pangan menjadi indikasi rendahnya konsumsi rumah tangga.
Hal tersebut dapat menjadi sinyal jika masyarakat China masih ragu meningkatkan pengeluaran. Meski sebelumnya terdapat kebijakan mengenai pelonggaran kredit serta berbagai stimulus dari pemerintah.
Sebagai negara dengan perekonomian sangat kuat, China memberikan pengaruh terhadap pasar Asia melemah. Inflasi konsumen yang melemah serta tren deflasi dari produsen menjadi tantangan tersendiri bagi negara ini.
Tidak hanya terjadi pada negara ini sendiri, namun juga bagi negara-negara yang bergantung terhadap permintaan pasar China. Jika kondisi ini berlanjut, tidak menutup kemungkinan negara lain mendapat dampaknya.
Berbagai negara tersebut yaitu seperti Australia, Jepang, serta Korea Selatan karena mempunyai hubungan dagang dengan China. Negara-negara tersebut akan merasakan dampaknya dalam bentuk penurunan nilai ekspor maupun pertumbuhan ekonomi.
Namun berbagai langkah kebijakan secara agresif dapat menjadi pendorong untuk memulihkan kepercayaan investor. Upaya tersebut meliputi mendorongnya konsumsi domestik maupun memberikan insentif secara fiskal.
Surplusnya Perdagangan Australia di Tengah Pasar Asia Melemah
Sinyal data makroekonomi berupa surplus perdagangan Australia yang meningkat menjadi petunjuk mengenai ekspor masih bertahan. Ekonomi berbasis ekspor tersebut bertahan di tengah melemahnya konsumsi domestik.
Namun, jika permintaan secara global mengalami pelemahan akibatnya melambatnya ekonomi di negara mitra, negara ini akan menghadapi tantangan. Tantangan tersebut dapat terjadi terutama dalam menjaga pertumbuhan yang mengalami surplus.
Dalam jangka panjang, pemulihan ekonomi di kawasan Asia akan bergantung pada kebijakan domestik maupun respon terhadap dinamika global. Negara di kawasan ini harus memperkuat ketahanan ekonomi dengan meningkatkan diversifikasi.
Selain itu, mengatasi pasar Asia melemah juga membutuhkan perluasan pasar ekspor serta promosi investasi teknologi. Australia sendiri tengah berfokus pada diversifikasi ekonomi dengan meningkatkan konsumsi domestik.
Australia mencatatkan surplus perdagangan yang mengalami kenaikan di bulan November. Kenaikan tersebut mencapai level tertinggi selama 10 bulan terakhir. Yaitu sekitar 7.08 dolar Australia.
Kenaikan tersebut karena tumbuhnya nilai ekspor sebesar 4,8 persen, melampaui pertumbuhan impor senilai 1,7 persen. Namun penjualan secara ritel sendiri hanya mengalami pertumbuhan sekitar 0,8 persen.
Nilai tersebut tergolong lebih rendah dari yang diperkirakan. Data ini menunjukkan mengenai lemahnya permintaan konsumen secara domestik meski ada sejumlah diskon menjelang Natal dan Black Friday.
The Fed Menunjukkan Kekhawatiran Akibat Peraturan Trump
Dalam jangka pendek, pasar Asia akan terpengaruh oleh ekonomi di China dan Amerika Serikat. Kebanyakan investor mengawasi data inflasi AS serta keputusan kebijakan moneter dari The Fed secara cermat.
Berbagai data ekonomi seperti investasi maupun produksi industri juga menjadi salah satu hal yang diperhatikan investor. Berbagai hal tersebut menjadi indikator utama dalam menentukan arah kebijakan pemerintah dalam menghadapi tantangan ekonomi.
Pasar Asia melemah juga tidak terlepas hasil pertemuan dari The Fed menunjukkan mengenai kekhawatiran atas dampak kebijakan dari pemerintahan presiden terpilih AS, yaitu Donald Trump. Sebagian besar peserta menilai risiko inflasi telah meningkat.
Hal tersebut membuat dibutuhkannya perlambatan terhadap kebijakan moneter. Oleh sebab itu, data inflasi The Fed cukup memberikan pengaruh terhadap pasar Asia.
Dinamika Pergerakan Pasar Asia karena Berbagai Sektor
Pasar Asia melemah juga akibat dinamika saham dan perusahaan teknologi. Pasar saham regional sementara itu mencatatkan penurunan secara umum. Beberapa sektor juga menunjukkan pergerakan secara positif.
Sementara itu, saham teknologi menjadi perhatian utama karena beberapa hal utama. Beberapa saham teknologi menunjukkan pergerakan secara positif, salah satunya yaitu Tencent.
Hal tersebut menunjukkan adanya potensi hubungan dagang yang membaik antara China dan Amerika Serikat. Namun tantangan selalu ada, terutama pada perusahaan seperti Alibaba.
Saat ini, negara-negara di kawasan Asia telah dihadapkan dengan sejumlah kebijakan ekonomi untuk menstabilkan pasar. Selain itu, berbagai kebijakan untuk memulihkan kepercayaan investor sangat penting.
Di Jepang, penguatan terhadap yen dapat membantu mengurangi tekanan akan terjadinya inflasi impor. Namun pengurangan tekanan tersebut juga dapat berdampak terhadap daya saing dari ekspor.
Kondisi pasar Asia pada pekan ini menggambarkan sejumlah tantangan ekonomi secara global. Meski ada perkembangan secara positif di sektor tertentu, namun sejumlah ketidakpastian global memberikan dampak cukup signifikan.
Ketidakpastian tersebut meliputi kebijakan moneter dari The Fed, ekonomi China yang mengalami perlambatan hingga sejumlah tantangan lainnya. Berbagai hal tersebut dapat memberikan dampak terhadap kondisi pasar Asia melemah.